Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2018

Hilang

Ketika langit menutupkan wajahnya, Di sebalik awan hitam, diiringi desiran angin kencang, Petir menyambar, cahya menghilang, Air perlahan turun, deras berbelas. Jemari yang kurasa semakin melemah, Mata berkaca, seakan terbawa, Terbawa oleh hanyut terjangan air bah, Terbawa oleh ribuan semilir angin yang menyanggah, Teman! Kau dimana! Dahulu saat ku bahagia, kau selalu ada, Dahulu, kita selalu tertawa, Tapi kini, aku merindukan suasana itu. Derita, hinaan, dan penjauhan, Hanya sendiri ku rasakan, Dimanakah kalian, Semuanya terbalut oleh keegoisan, Jiwa dan ragaku masih ada, Tapi hatiku hilang dan hancur, Rapuh, lemah kurasa, Jatuh, runtuh semua, Kesunyian, seakan ku tak ada, Kesyahduan seakan ku tlah hilang, Aku membutuhkan kalian! Tapi kemana, harus kucari, Di sebalik lembah, di ujung laut? Di atas langit, atau diinti bumi? Tak ada! Kalian sudah takkan lagi pernah ada, Aku yang hilang merasakan kehilangan. Terjebak

Kelam Merindu Angan

Apa kau tak melihatnya? Sebutir embun telah membasahi dedaunan itu Apa kau tak merasa benderang? Saat hanya ada 7 bintang, menerangi langit malam. Dan, seketika itu listrik pun padam. Disana aku berangan, Sebuah kelopak hitam, telah menutupi putihnya kisah, Di gubuk tua itu, aku membuka lembaran baru, Lembaran motivasi, yang diukir suatu puisi. Kata orang, hidupku adalah hidup yang tenang, Suasana hatiku, seperti suasana fajar saat menyapa, Kelam yang akan menuju terang, Tapi semua itu, hanya dusta yang terbelaka, Cahaya surya, sama sekali belum menyusup hatiku, Gelap dan syahdu, kini membuatku rindu sesuatu, Tapi anganku telah menutup jendela hati yang kini membeku, Tak lagi mau, mendengar waktu yang akan segera berlalu. Tachimataru (17 september 2017)

Ini Mengawali Semuanya

    Di tempat ini, di buku ini akan kutulis semuanya, lembaran demi lembaran merangkup beragam kisah indah dan terhina. Hanya aku, pena, buku, tuhan dan kamu yang tahu. Tentang kisahku kemarin, hari ini, dan esok, semuanya diwarnai beribu rasa tawa dan haru. Mengukir apa itu arti kesabaran, kebahagiaan, dan kesedihan yang berlalu. Tentang rasa sakit yang teramat sangat dalam hingga terperosok ke jurang, sampai rasa bangga dan bahagiaku setinggi gunung yang menjulang.    Tentang rasa persahabatan, cinta, dan permusuhan. Semuanya terlukis, tertulis di inti hati yang terdalam. Aku hanya bisa menulis, akan terkalah jika mengungkap. Bibirku terbungkam, seakan bisu sesaat. Pintu sabarku akan suatu hal itu telah hancur, tertabrak oleh emosi yang melebur. Jemariku memegang erat pena bertinta hitam itu, menggores kertas putih yang kini telah ternodai. Dunia kini telah hilang, kelam dan suram. Cahaya putih telah menjadi hitam, di ufuk yang mencekam. Tachimataru, (16 September 2017)

Perkenalan

Hai sobat, nama pena gue Tachimataru (Tapi gue bukan wibu yaa) asal lo tau aja. Yak umur gue 15 tahun gue lahir tanggal 4 mei 2003, gue hidup di sebuah daerah barat pulau jawa. Gue emang suka nulis puisi, cerpen, dan karya sastra lain semenjak gue duduk di bangku depan rumah gue (maksudnya duduk di bangku kelas 6). mungkin gue masih dibilang penulis amatiran karena dari dulu sampai sekarang karya gue belum dipandang sesuatu yang bagus oleh siapapun. So, gue tau gue bukan penulis, sastrawan kaya Chairil Anwar dan teman-temannya. Tapi, gue bakal berusaha mengayuh lelah untuk menciptakan sesuatu yang terbaik yang akan berbalik pada diri gue sendiri di mata orang lain. Oh iya, blog ini isinya kumpulan larik puisi dengan jerih payah jemari tangan gue sendiri, tanpa ada unsur "PLAGIAT". Sekali lagi "PLAGIAT". Ya, blog ini berisi curhatan tentang hidup gue yang ditulis jadi bait-bait puisi. silahkan membacanya dengan hati yang syahdu dan membuat cakap rindu menjadi mengge