Ketika
langit menutupkan wajahnya,
Di
sebalik awan hitam, diiringi desiran angin kencang,
Petir
menyambar, cahya menghilang,
Air
perlahan turun, deras berbelas.
Jemari
yang kurasa semakin melemah,
Mata
berkaca, seakan terbawa,
Terbawa
oleh hanyut terjangan air bah,
Terbawa
oleh ribuan semilir angin yang menyanggah,
Teman!
Kau dimana!
Dahulu
saat ku bahagia, kau selalu ada,
Dahulu,
kita selalu tertawa,
Tapi
kini, aku merindukan suasana itu.
Derita,
hinaan, dan penjauhan,
Hanya
sendiri ku rasakan,
Dimanakah
kalian,
Semuanya
terbalut oleh keegoisan,
Jiwa
dan ragaku masih ada,
Tapi
hatiku hilang dan hancur,
Rapuh,
lemah kurasa,
Jatuh,
runtuh semua,
Kesunyian,
seakan ku tak ada,
Kesyahduan
seakan ku tlah hilang,
Aku
membutuhkan kalian!
Tapi
kemana, harus kucari,
Di
sebalik lembah, di ujung laut?
Di
atas langit, atau diinti bumi?
Tak
ada! Kalian sudah takkan lagi pernah ada,
Aku
yang hilang merasakan kehilangan.
Terjebak
di dua sisi yang berbenturan,
Tertatih-tatih
dan bertentangan,
Aku
sakit, diriku seakan terhina,
Aku
hilang, hanya kepekatan yang tersisa.
Tapi,
suatu hari...
Aku
yakin kalian ada,
Membantu
diri ini bangkit,
Dan
menghapus semua masalah yang beribu,
Aku
yakin, aku yakin semua itu terjadi.
Tachimataru, (13
September 2017)
Comments
Post a Comment